MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI
PERDARAHAN ANTEPARTUM
RUPTURE SINUS MARGINALIS DAN PLACENTA CIRCUMVALLATA
Dosen Pengampu: Rahayu Martini, S.SiT
Disusun oleh:
1. Desi Tik Utari (10.015)
2. Dian Rachmi Sofianti (10.024)
3. Dina Nur Fitria Ulfah (10.027)
4. Hastiwi Kusumo Retno (10.040)
AKADEMI KEBIDANAN PEMKAB KENDAL
TAHUN AJARAN 2010 / 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang maha Esa, yang senantiasa telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “perdarahan antepartum rupture sinus marginalis dan plasenta circumvallata”.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini dapat selesai berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu khobibah, SSiT selaku Direktur Akbid Pemkab Kendal .
2. Ibu Rahayu Martini, SSiT selaku dosen pembimbing mata kuliah Asuhan Kebidanan Patologi.
3. Orang tua yang selalu memberi bimbingan dan doa restu.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan karena tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penyusun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Bagi penyusun pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Kendal, desember
penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yan g terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu.
Perdarahan sebelum, sewaktu, dan sesudah bersalin adalah kelainan yang tetap berbahaya dan mengancam jiwa ibu.
2. TUJUAN
• Untuk mengetahui kelainan pada plasenta.
• Menjelaskan tentang ruptur sinus marginalis.
• Menjelaskan tentang plasenta circumvallata.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
a. Ruptur sinus marginalis
Ruptur sinus marginalis adalah lepasnya sedikit bagian dari pinggiran ari-ari, yang merupakan bagian dari solusio plasenta.
Solusio Plasenta
Ada 3 macam bentuk solusio berdasarkan jumlah plasenta yang terlepas. Bila plasenta terlepas seluruhnya disebut solusio plasenta totalis. Bila sebagian disebut solusio plasenta parsialis. Dan, bila hanya sebagian kecil pinggir plasenta disebut ruptura sinus marginalis.
Perdarahan yang terjadi pada solusio tidak selalu terlihat dari luar. Pada kasus yang jarang, darah dapat tidak mengalir, tetapi tertahan di antara bagian plasenta yang lepas dan uterus sehingga terjadi perdarahan tersembunyi. Bahkan, perdarahan dapat menembus selaput ketuban lalu masuk ke dalam kantong ketuban.
Jarang Dijumpai
Solusio plasenta merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang serius dan mengakibatkan tingginya angka mortalitsai perinatal yaitu 119 per 1000 kelahiran dibandingkan dengan 8,2 per 1000 kelahiran yang lain. Untungnya, jarang dijumpai. Di negeri Paman Sam, solusio plasenta hanya ditemukan sebanyak 1%.
Faktor Risiko
Belum ada yang berhasil menemukan penyebab pasti solusio plasenta. Namun, faktor risikonya antara lain umur ibu yang tua, multiparitas, kehamilan multipel, trauma, tali pusat yang pendek, kejadian solusio plasenta pada kehamilan sebelumnya, ketuban pecah dini, polihidramnion, dekompresi uterus mendadak, anomali uterus atau tumor uterus, hipertensi kronis atau hipertensi yang ditimbulkan oleh kehamilan, tekanan pada vena cava inferior akibat uterus yang membesar, merokok, penggunaan kokain, dan defisiensi gizi.
Uterus Bercak Biru
Perdarahan pada solusio plasenta dapat disebabkan oleh pembuluh arteri spiralis desidua yang ruptur sehingga menyebabkan hematom retroplasenta. Semakin meluas hematom maka semakin banyak arteri yang ruptur sehingga akan lebih banyak bagian plasenta yang terlepas. Karena uterus tetap teregang akibat adanya hasil pembuahan, organ ini tidak mampu mengadakan kontraksi yang memadai guna menekan pembuluh darah yang ruptur yang menyuplai kebutuhan nutrisi dan oksigen bagi plasenta tersebut. Darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban dari dinding uterus dan akhirnya akan terlihat dari luar atau tetap tertahan seluruhnya di dalam uterus. Darah dapat juga mengadakan ekstravasasi di antara serabut-serabut otot uterus. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu dan disebut uterus Couvelaire.
Perdarahan yang tertahan atau tersembunyi dapat terjadi bila: (1) terdapat efusi darah di balik plasenta tetapi tepi plasenta masih melekat, (2) plasenta sudah terlepas sama sekali tetapi selaput ketuban masih melekat pada dinding uterus, (3) darah mengalir masuk ke dalam rongga amnion setelah menimbulkan ruptur selaput ketuban, dan (4) kepala janin begitu rapat dengan segmen bawah uterus sehingga darah tidak bisa melewatinya.
Kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasentar akan memicu tromblopastin masuk ke dalam peredaran darah ibu sehingga terjadi pembekuan intravaskuler di mana-mana atau disseminated intravascular coagulation (DIC), yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya, terjadi hipofibrinogenemia yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus, akan tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan intravaskuler.
Perdarahan
Biasanya gejala solusio plasenta adalah perdarahan dalam jumlah yang sedikit pada vagina (80%) disertai nyeri pada abdomen dan punggung, pasien sendiri terlihat sangat pucat dan lemas. Adanya kontraksi pada uterus juga sering ditemukan, berupa kontraksi hipertonik dan berfrekuensi tinggi sehingga pada perabaan abdomen uterus terasa tegang terus-menerus. Dapat juga berupa gawat janin atau bahkan kematian janin. Dan beberapa kasus melaporkan bahwa tinggi fundus uteri meningkat akibat adanya perdarahan intrauterine yang meluas. Gerakan janin yang melemah juga bisa ditemukan pada masalah ini.
Tabel 1. Tiga Kelas Solusio Plasenta Berdasarkan Gejala dan Tanda
Kelas Gejala
Kelas 0 – asimtomatik Gejala tidak ada
Diagnosis dibuat dengan menemukan pembekuan darah yang terorganisasi atau bagian yang terdepresi pada plasenta yang sudah dilahirkan
Kelas 1 – ringan
(Rupturan sinus marginalis atau sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak) Tidak ada atau sedikit perdarahan dari vagina yang warnanya kehitam-hitaman
Rahim yang sedikit nyeri atau terus menerus agak tegang
Tekanan darah dan frekuensi nadi ibu yang normal
Tidak ada koagulopati
Tidak ada gawat janin
Kelas 2 – sedang
(Plasenta lepas lebih dari 1/4-nya tetapi belum sampai 2/3 luas permukaannya) Tidak ada hingga adanya perdarahan dari vagina dalam jumlah yang sedang
Nyeri pada uterus yang bersifat sedang hingga berat, bisa disertai kontraksi tetanik. Nyeri perut dirasakan terus menerus, uterus teraba tegang dan nyeri tekan
Takikardi pada ibu dengan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan frekuensi nadi. Ibu dapat jatuh ke dalam keadaan syok
Gawat janin
Hipofibrinogenemia (50 – 250 mg/dL), mungkin terjadi kelainan pembekuan darah
Kelas 3 – berat
(Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 luas permukaannya) Tidak ada hingga perdarahan vagina yang berat
Kontraksi tetanik uterus yang sangat nyeri
Syok pada ibu
Hipofibrinogenemia (<150 mg/dL)
Koagulopati
Kematian janin
Diagnosis
Tidak mudah untuk mendiagnosis solusio plasenta. Tanda dan gejala solusio plasenta berat ialah sakit perut terus-menerus, nyeri tekan pada uterus, uterus tegang terus menerus, perdarahan per vaginam, syok, dan bunyi jantung janin tidak terdengar lagi. Air ketuban mungkin telah berwarna kemerah-merahan karena bercampur darah. Tanda dan gejala itu tidak selalu mutlak ditemukan. Akan tetapi uterus yang tegang terus menerus merupakan tanda satu-satunya yang selalu ada pada solusio plasenta, juga pada solusio plasenta ringan.
Salah satu tanda yang menimbulkan kecurigaan akan kemungkinan solusio plsenta ialah perdarahan per vaginam yang berwarna kehitam-hitaman, yang berbeda dengan perdarahan pada plasenta previa yang berwarna merah segar. Perdarahan tersebut dapat menimbulkan syok, seperti yang tergambarkan pada ilustrasi kasus.
Syok pada pasien diakibatkan oleh perdarahan yang cukup banyak, dalam hal ini suatu perdarahan yang tersembunyi. Meskipun perdarahan per vaginam yang terlihat oleh mata hanya berupa bercak-bercak tetapi perdarahan yang sebenarnya terjadi di dalam uterus, suatu perdarahan retroplasenter yang tidak bisa keluar dari uterus dan jumlahnya makin lama bisa makin banyak atau bisa juga perdarahannya menembus kantung amnion bercampur dengan cairan ketuban. Sering dikatakan bahwa syok yang terjadi pada solusio plasenta tidak sesuai dengan banyaknya perdarahan per vaginam. Perdarahan yang cukup banyak juga menyebabkan terjadinya anemia pada pasien ditandai dengan konjungtiva yang pucat.
Diagnosis solusio plasenta dibuat berdasarkan gambaran klinis dan dikonfirmasi dengan penilaian plasenta setelah proses persalinan, salah satunya dengan USG. Sayangnya, USG tidak sensitif dan tidak dapat selalu diandalkan untuk mendeteksi adanya solusio plasenta karena sering memberikan hasil negatif meskipun terdapat gambaran klinis yang sudah sangat jelas menunjukkan adanya solusio plasenta. Meskipun demikian, USG tetap memberikan keuntungan diantaranya untuk menyingkirkan diagnosis banding plasenta previa dan mungkin dapat menunjukkan lokasi dari perdarahan yang besar.
Pada dasarnya, pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan untuk membantu diagnosis tetapi diperlukan dalam penatalaksanaan solusio plasenta. Beberapa pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan adalah darah lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, dan trombosit), prothrombin time (PT), activated partial thromboplastin time (aPTT), ureum, kreatinin, kadar fibrinogen, kadar D-dimer, dan golongan darah ibu.
Pada ilustrasi kasus dapat dilihat nilai PT dan APTT memanjang, kadar fibrinogen menurun dan kadar D-dimer meningkat. Ini menunjukkan telah terjadi komplikasi koagulopati pada pasien yaitu disseminated intravascular coagulation. Seharusnya pada pasien juga dilakukan pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk melihat apakah sudah terjadi komplikasi pada ginjal.
Perbaiki Keadaan Umum
Penanganan solusio plasenta bervariasi menurut keadaan ibu dan janinnya.
Karena telah terjadi syok pada pasien, maka penanganan yang pertama kali harus diberikan adalah resusitasi cairan dengan menggunakan kristaloid sampai tercapai tekanan darah ³ 90/60 mmHg. Perlu juga dipasang kateter untuk memonitor urin yang keluar. Bila terjadi oligouria, berarti ada kemungkinan telah terjadi komplikasi pada ginjal. Selain cairan, secepatnya harus dilakukan cross darah dan pemberian fresh frozen plasma (FFP) dan tranfusi packed red cell (PRC) untuk mengganti darah yang sudah keluar dan memperbaiki anemia. Pemberian FFP ditujukan untuk memperbaiki keadaan koagulopati karena di dalam FFP terdapat fibrinogen dan berbagai faktor pembekuan. Pemberian tranfusi dapat juga diganti menggunakan whole blood karena di dalamnya sudah terkandung komponen sel darah merah, fibrinogen, dan faktor-faktor pembekuan.
Mungkin timbul pertanyaan dalam penanganan kasus pasien mengenai pemilihan sectio cesarea sebagai tindakan pengakhiran kehamilan. Janin dalam kandungan sudah meninggal, mengapa tidak dilakukan persalinan spontan per vaginam untuk melahirkan bayi. Dalam hal ini dapat dikemukakan beberapa alasan. Kondisi ibu yang tidak stabil yaitu dalam keadaan syok kurang memungkinkan dilakukannya persalinan per vaginam. Kemudian, penanganan perdarahan harus secepatnya diatasi agar kondisi ibu tidak semakin jelek. Tindakan yang terbaik untuk mengatasi perdarahan adalah dengan segera menghentikan sumber perdarahannya, dalam hal ini adalah dengan melahirkan bayi dan plasenta secepatnya. Proses persalinan harus sudah selesai dalam 3-6 jam setelah terjadinya solusio plasenta. Pada pasien ini, waktu dari awal terjadinya solusio plasenta sampai pasien ke rumah sakit kurang lebih sudah 6 jam, sedangkan dengan kondisi serviks pasien yang masih kenyal, pembukaan hanya 1 cm, selaput ketuban masih utuh, dan kepala masih di atas, kemungkinan induksi persalinan akan memerlukan waktu yang cukup lama. Oleh karena itulah, dipilih sectio cesarea.
Memberikan fibrinogen pada kasus hipofibrinogenemia hanya dilakukan bagi penderita yang sangat memerlukan dan tidak menjadi pengobatan rutin bagi setiap kasus solusio plasenta. Pemberian setiap 1 gram fibrinogen akan meningkatkan kadar fibrinogen darah 40 mg%.
Jika dikaji lebih lanjut, masalah yang timbul pada kasus ini disebabkan adanya keterlambatan dalam pengenalan dini dan rujukan sehingga terjadi komplikasi yang cukup berat pada pasien dan kematian janin. Setelah mengalami perdarahan per vaginam dan nyeri di perut, pasien tidak langsung mencari pertolongan medis. Kemungkinan pasien menganggap gejala tersebut sebagai tanda-tanda akan melahirkan. Bidan juga tidak mengenali gejala pada pasien sebagai suatu kasus solusio plasenta yang harus secepatnya dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas yang memadai. Bidan baru merujuk setelah terjadi gawat janin dan ketika sampai di rumah sakit, janin sudah meninggal dan pasien mengalami komplikasi yang lebih berat.
b. Plasenta circumvallata
Plasenta sirkumvalata adalah plasenta yang pada permukaan vetalis dekat pinggir terdapat cincin putih. Cincin ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jeringan di sebelah luarnya terdiri dari villi yang tumbuh kesamping dibawah desidua. Diduga bahwa corionfrondosum terlalu kecil dan untuk mncukupi kebutuhan, villi menyerbu kedalam desidua di luar permukaan frondosum, plasenta jenis ini tidak jarang terjadi. Insidensinya lebih kurang 2-18 %. Menurut beberapa ahli plasenta sirkumvalata sering menyebabkan abortus dan solusio plasenta. Bila cincin putih ini letaknya dekat sekali ke pinggir plasenta, di sebut plasenta marginata. Kedua-duanya disebut sebagai plasenta ekstra coriel. Pada plasenta marginata mungkin terjadi adeksi dari selaput sehingga plsenta lahir telanjang tertinggalnya selaput ini dapat menyebabkan perdarahan dan infeksi. Diagnosis plasenta sirkumvalata baru dapat ditegakan setelah plasenta lahir tetapi dapat diduga bila ada perdarahan intermiten atau hidrorea.
Bagian paling penting dari perawatan pralahir adalah untuk memastikan janin tumbuh dan berkembang dengan baik. Selama ultrasound rutin, dokter mungkin menemukan bahwa plasenta dan selaput yang tidak tumbuh dengan baik, sebuah kondisi yang disebut circumvallate plasenta. Kondisi ini dapat mengakibatkan berat badan lahir rendah, persalinan prematur dan melahirkan, dan pembatasan pertumbuhan intrauterin. Diagnosis dari circumvallate plasenta dan pembatasan pertumbuhan intrauterin awal kehamilan adalah penting untuk memastikan perawatan yang tepat dan pemantauan bayi. Hal ini penting untuk memiliki ultrasound dan pemeriksaan rutin.
Circumvallate plasenta adalah ketika kantong membran berada di belakang plasenta, membatasi efektivitas plasenta. Kantong membran, yang dikenal sebagai cincin, membatasi perluasan pembuluh darah janin. Wanita hamil didiagnosis dengan circumvallate plasenta memiliki plasenta yang melengkung ke dalam. Melengkung dari plasenta dapat menyebabkan stres dengan pembatasan, dan kadang-kadang pertumbuhan janin pelepasan plasenta yang dihasilkan dalam pengiriman darurat.
Restriksi pertumbuhan intrauterin adalah suatu kondisi dimana janin tidak dapat tumbuh ke ukuran yang ditentukan secara genetis. PJT mengacu pada janin yang diperkirakan berada di persentil 10 atau lebih rendah saat lahir. Ketika seorang wanita didiagnosis dengan plasenta circumvallate, ini berkorelasi langsung ke janin dengan PJT. Untuk menjamin keselamatan dan pertumbuhan yang tepat dari seorang bayi yang belum lahir, penting untuk mendiskusikan sejarah keluarga dan jadwal ujian reguler.
a. identifikasi
Circumvallate plasenta diidentifikasi sebagai cincin, putih tebal dan buram putaran membran di sekitar plasenta. Sebagai seorang wanita mencapai trimester ketiga di kehamilan, cincin putih dapat mulai untuk menutupi sisi plasenta janin. Untuk mata yang tak terlatih, circumvallate plasenta tampak seperti kantong plastik putih yang terbentuk di sekitar plasenta datang dari bawah.
b. fungsi
Plasenta adalah organ dalam tubuh wanita yang menghubungkan janin berkembang ke dinding rahim. Plasenta memungkinkan limbah dari janin akan dibuang melalui ginjal ibu. Ketika seorang wanita didiagnosis dengan circumvallate plasenta, plasenta tidak dapat menyediakan janin dengan jumlah yang sesuai dari oksigen dan makanan.
c. peringatan
Wanita hamil yang mengalami circumvallate plasenta berada pada risiko yang sangat tinggi untuk melahirkan bayi prematur atau keguguran. Ketika plasenta circumvallate terus kurva dan meringkuk di sebagian besar kehamilan ada kemungkinan bahwa plasenta akan terlepas dan bayi perlu dikirimkan segera melalui operasi caesar. Jika plasenta terlepas sebelum 25 minggu kehamilan, ada kemungkinan besar keguguran. Sekali seorang wanita didiagnosis dengan circumvallate plasenta, itu penting untuk memiliki ultrasound dan tes stres janin setidaknya sebulan sekali.
d. Pencegahan / Solusi
Diet adalah penting, dan pasien dengan janin didiagnosis dengan pembatasan pertumbuhan harus makan makanan yang sehat. Sementara plasenta hanya dapat melepaskan nutrisi porsi kecil, penting bahwa apa yang dirilis yang sehat. Meskipun tidak ada pengobatan untuk circumvallate plasenta, kebanyakan wanita tidak membawa mereka ke janin usia kehamilan yang sehat dan melahirkan bayi yang sehat. Wanita yang memiliki circumvallate plasenta harus memiliki ultrasound bulanan dan akan diperlakukan sebagai pasien berisiko tinggi kehamilan untuk memastikan janin dan plasenta dipantau secara ketat. Untuk membantu dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi, vitamin prenatal penting untuk ibu-to-be dan harus diminum dua kali sehari.
2. CONTOH KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN RUPTURE SINUS MARGINALIS
PENGKAJIAN
Tanggal : 10 oktober 2011
Waktu : 16.00 WIB
Tempat : BPS Ny. Sulastri , desa sukosari Rt 08/01 , Batang
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama ibu : Ny. P
Umur : 26 th
Agama : islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : -
Alamat : desa sukosari Rt08/01 , batang
Nama suami : Tn. J
Umur : 30 th
Agama : islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : desa sukosari Rt08/01 , Batang
2. ALASAN DATANG
Ibu menyatakan ingin memeriksakan keadaannya serta kondisi kehamilannya.
3. KELUHAN UTAMA
Ibu menyatakan mengeluarkan darah dari kemaluannya sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien dirujuk oleh bidan dengan keterangan DJJ tidak teratur.
4. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG
a. Riwayat perjalanan penyakit
Ibu menyatakan tidak mempuyai riwayat penyakit apapun
b. Riwayat menstruasi
- Menarche : 13 tahun
- Siklus menstruasi : 28 hari
- Lama mentruasi : 7 hari
- Jumlah : 3x ganti pembalut selama sehari
- Keluhan saat menstruasi: -
- HPHT :
c. Gerakan janin
Gerakan janin terakhir dirasakan oleh ibu 3 jam sebelum masuk rumah sakit
d. Obat atau jamu yang dikonsumsi
- Riwayat keasehata Ibu menyatakan hanya meminum obat yang diberikan bidan, yaitu Fe 1x1 (malam) dan vitamin C
- Ibu menyatakan tidak mengkonsumsi jamu
e. Frekuensi ANC .
ANC tidak dilakukan teratur di bidan.
5. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan sekarang
- Ibu menyatakan tidak sedang menderita penyakit jantung yang ditandai dengan jantung berdebar-debar, mengeluarkan keringat dingin pada telapak tangan dan sesak nafas.
- Ibu menyatakan tidak sedang menderita hiupertensi yang ditandai dengan sakit kepala berlebihan , pusing, kaku kuduk.
- Ibu menyatakan tidak sedang menderita penyakit DM yang ditandai dengan banyak makan, banyak minum dan sering kencing.
- Ibu menyatakan tidak sedang menderita penyakit malaria yang ditandai dengan demam tinggi / panas menggigil dan lemas.
- Ibu menyatakan tidak sedang menderita penyakit menular seksual atau HIV AIDS yang ditandai dengan rasa gatal pada vagina, mengeluarkan cairan berwarna dan berbau saat melakukan hubungan seksual dan mengeluarkan darah.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
- Ibu menyatakan tidak sedang menderita penyakit jantung yang ditandai dengan jantung berdebar-debar, mengeluarkan keringat dingin pada telapak tangan dan sesak nafas.
- Ibu menyatakan tidak sedang menderita hiupertensi yang ditandai dengan sakit kepala berlebihan , pusing, kaku kuduk.
- Ibu menyatakan tidak sedang menderita penyakit DM yang ditandai dengan banyak makan, banyak minum dan sering kencing.
- Ibu menyatakan tidak sedang menderita penyakit malaria yang ditandai dengan demam tinggi / panas menggigil dan lemas.
- Ibu menyatakan tidak sedang menderita penyakit menular seksual atau HIV AIDS yang ditandai dengan rasa gatal pada vagina, mengeluarkan cairan berwarna dan berbau saat melakukan hubungan seksual dan mengeluarkan darah.
c. Riwayat kesehatan keluarga
- Ibu menyatakan dari pihak keluarga ibu tidak yang menderita penyakit apapun.
d. Riwayat perkawinan
- Usia mnikah :22th
- Menikah : 1 kali dengan suami sekarang
- Lama menikah : 4th
- Status pernikahan : syah
e. riwayat kb
Ibu menyatakan belum pernah menjadi akseptor kb
f. Riwayat sosial,budaya dan ekonomi
Ibu menyatakan senang dengan kehamilan ini
Ibu menyatakan pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami
Ibu menyatakan kebutuhannya tercukupi
6. pola kehidupan sehari-hari
a. nutrisi
sebelum hamil
makan: 3x sehari porsi sedang jenis nasi sayur lauk buah
minum : 5 – 6 gelas perhari jenis air putih teh
keluhan: -
selama hamil
makan: 2 x sehari porsi kecil jenis nasi lauk sayur buah
minum:6 – 7 gelas jenis air putih susu
keluhan : -
b.eliminasi
sebellum hamil
BAB : 1 kali , konsistensi lunak, warna kuning
BAK : 5 kali sehari. Warna kuning jernih
Jumlah : ± 250 cc
Keluhan : -
Selama hamil
BAB ; 1 kali sehari konsistensi agak keras, warna hitam kecoklatan
BAK :4 kali sehari warna kuning jernih
Jumlah : ± 150 cc
Keluhan : -
c.pola istirahat
sebelum hamil
tidur malam : 8 jam
tidur siang : 2 jam
kelluhan : -
Selama hamil
Tidur malam : 7 jam
Tidur siang : 1 jam
Keluhan :-
d. pola aktifitas
seebelum hamil
aktifitas sehari-hari tidak terganggu
selama hamil
aktifitas sehari-hari beraktifitas seperti biasa
e.personal hygiene
sebelum hamil
mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu , gosok gigi 2x sehari, ganti celana dalam 2x sehari
selama hamil
mandi 2x seshari, keramas 3xseminggu , gosok gigi 2x sehari, ganti celana dalam 4x sehari
f.pola seksual
sebelum hamil : 2x seminggu
selama hamil : 1x seminggu
B.DATA OBYEKTIF
Ku: sedang
Kesadaran: composmentis
Td:90/60 mmhg
N : 132 x/menit
Rr : 20 x/ menit
S : 36,5 °c
Tb : 152 cm
Bb sebelum hamil : 50 kg
Bb selama hamil : 49 kg
Lila: 24 cm
Pemeriksaan fisik:
Kepala : bersih,tidak ada ketombe
Muka : pucat
Mata: cekung, konjunngtiva pucat, skelera tidak ikterik
Hidung : bersih,tidak ada polip
Mulut : lidah kering,tidak ada caries dentis,
Telinga: bersih , tidak ada serumen
Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan parotis
Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limpe
Payudara : membesar,areola menghitam, putting susu menonjol, tidak ada massa
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi. Tinggi fundus uteri 32 cm. Abdomen tegang dan terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah
Genetalia : tidak oedema
Ekstremitas : atas : tiak oedeme, tidak ada varises
Bawah : tidak oedma, pucat tidak ada varises
Kulit : kering, turgor kulit memerah
Hb : 6,8 %gr
c. assesment
ny a g1 p0 a0 umur 26 tahun,hamil 30 minggu rupture sinus marginalis
dx potensial :
antisipasi : pemberian cairan iv
PLANNING:
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa tekanan darah ibu rendah dan menganjurkan ibu untuk tenang dan tidak perlu cemas.
Ev: ibu mengerti dengan penjelasan bidan
2. Memberitahu ibu bahwa ibu mengalami kelainan placenta dan akan segera dirujuk
Ev: ibu mengerti dan bersedia
3. Kolaborasi dengan dokter SPOG
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa:
Data subyektif pada askeb ibu hamil dengan rupture sinus marginalis dapat diketahui dari penjelasan ibu
Data obyektif pada askeb ibu hamil dengan rupture sinus marginalis dapat diketahui dari pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh pemeriksa
Assesment pada askeb ibu hamil dengan dapat dtentukan rupture sinus marginalis dengan gejala yang ditimbulkan pada ibu hamil
Planning pada askeb ibu hamil dengan rupture sinus marginalis dilakukan sesuai dengan kondisi ibu
B. SARAN
Demi menurunkan angka kematian ibu maka sebaiknya bidan melakukan asuhan yang sesuai standar yang telah ditetapkan. Jika harus dirawat di rumah sakit, maka sebaiknya diberikan rujukan.
like's this
BalasHapus